MAHARAJA
KUTAI MULAWARMAN
TENGGARONG
– wartaekspres.com - Maharaja Kutai Mulawarman Duli Yang Maha
Mulia Sripaduka Baginda Prof. Dr. Hc. Maharaja Srinala Praditha
Alpiansyahrechza Faclevie Wangsawarman, Ph.D, kini menyampaikan catatan-catanya
terkait dengan Peninggalan Pubarkala Maanyan atau disebut dengan Peninggalan
Kerajaan Nansarunai dan Majapahit yang terletak di daerah Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Selatan serta Balai Adat
Jadi Lambang Persaudaraan Orang Maanyan, Banjar dan Madagaskar, apa dan
bagaimana kisahnya sang Maharaja Kutai Mulawarman yang berdaulat ini, mari kita
simak bersama dengan seksama, tayangan wartaekspres.com yang dirilis oleh Sri
Raden Adipati Arya Wiraraja dengan Jabatan Menteri Muda Pendidikan Luar Sekolah
dan Ekonomi Kreatif Kerajaan Kutai Mulawarman (12 April 2012 pukul 17:38)
Peninggalan Purbakala Maanyan atau Peninggalan Kerajaan
Nansarunai dan Majapahit di daerah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan
Versi
lengkapnya dari Peninggalan Purbakala Maanyan oleh Sutopo Ukip:
1.Di Kota Banjarmasin terdapat
peninggalan purbakala orang Ma'anyan :
- a. Sebuah tonggak kayu yang dinamakan "Hujung Panti", gunanya ialah tempat orang Ma'anyan kuno memandikan anak untuk pertama kalinya di sungai yang disebut Mubur Walenon. Tonggak kayu itu dipakai hingga abad ke-14, terletak di sebelah barat laut Kota Banjarmasin.
- b. Di km 3, masuk sejauh 800 m ke kiri jalan arah ke Kota Martapura, terdapat sebuah tempat dinamakan Pangambangan. Pada daerah seluas 1 ha, terdapat permukaan tanah yang bersih, karena tidak terdapat satupun pepohonan yang bisa tumbuh. Diduga di situlah tempat pemukiman orang Ma'anyan yang pertama yang dipercaya oleh mereka, sebagai bekas bangunan Balai-Adat hingga abad ke-16.
2.
Kebun buah-buahan yang dinamakan Pulau Banyar Kayutangi, tempat pemukiman orang
Ma'anyan hingga awal abad ke-16. Di sini masih terdapat tiang-tiang bekas rumah
kuno, terbuat dari kayu besi yang masih tersisa sampai sekarang, terletak 24 km
dari Kota Banjarmasin ke arah lapangan terbang Syamsuddin Noor.
3.
Tempat ditemukan Balontang dan makam kuno dari kayu besi terletak di Liang
Anggang. Balontang dalam adat orang Ma'anyan adalah sebagai simbolis arwah
orang sudah meninggal yang diadakan pesta adat secara sempurna.
4.
Gunung Paramaton atau Gunung Madu_manyan, tempat penyimpanan pusaka Kerajaan
Nansarunai, sesudah dapat dirampas kembali dari Tanjung Negara, atau
Banjarmasin pada tahun 1362.
5.
Di Kota Martapura terdapat Balontang dan sumur kuno yang dinamakan sumur pahit,
peninggalan orang Ma'anyan hingga abad ke-14. Sewaktu penggalian saluran
pengairan dari Waduk Riam Kanan ke arah Banjar Baru terdapat kuburan kuno orang
Ma'anyan yang dipakai hingga abad ke-16.
6.
Di suatu tempat di daerah Burung-Lapas; di km 24 dari Martapura ke arah Rantau,
150 m kanan jalan antara Martapura dan Binuang terdapat sebuah gua dan tanah
yang sedikit ditumbuhi pepohonan. Diduga tempat itu adalah bekas pemukiman yang
disebut Nansarunai hingga abad ke-13, dan belum mengenal pemerintahan raja.
Sesudah Nansarunai dipindahkan ke Banua Lawas baru timbul pemerintahan dalam
bentuk kerajaan serta lahirnya hukum adat yang dipakai oleh orang Ma'anyan
hingga sekarang.
7.
Daerah yang dinamakan Pulau Kadap, yaitu tempat pemusatan prajurit-prajurit
Nansarunai, sebelum perang Nansarunai kedua tahun 1362.
8.
Di daerah Margasari, terdapat Candai Laras tempat pemujaan agama Hindu Syiwa,
dari kerajaan Daha dari abad ke-14, hingga abad ke-16. Di sini terdapat juga
sebuah patung batu, berupa ujud kepala babi sebagai prasasti yang dibuat oleh
orang Ma'anyan tahun 1362.
9.
Kota Negara, adalah tempat pemukiman bekas prajurit-prajurit Majapahit, terdiri
dari orang Majaphit sendiri, orang Madura, orang Bugis dan orang-orang
Nansarunai, setelah selesai perang Desember 1362, di sini terdapat :
- a. Para pandai besi yang ahli dalam pembuatan kapal-kapal serta peralatan rumah tangga lainnya.
- b. Para ahli pembuat tembikar, kenong, gamelan dan gelang untuk tarian Wadian Bawo dan Wadian Dadas. Khusus untuk gamelan mereka buat memakai lima nada, yaitu do, re, mi sol dan la ialah nada-nada yang dipakai oleh orang Ma'anyan dalam musik.
- c. Terdapat sebuah sumur kuno yang airnya berwarna merah, sebagai prasasti peristiwa perang Desember 1362.
10.Di
Kota Amuntai, terdapat Candi Agung yaitu tempat pemujaan agama Hindu Syiwa pada
abad ke-14 hingga abad ke-16 dan Tambak Wasi, yaitu tempat pembakaran mayat
para prajurit korban perang Nansarunai pertama tahun 1358.
11. Bertempat di Banyu Hirang,
diselatan kecamatan Danau Panggang terdapat :
- Beberapa kuburan massal yang dinamakan Tambak yaitu tempat penguburan para prajurit Nansarunai dan Majapahit korban perang Desember 1362.
- Pada tahun 1953, pernah ditemukan oleh penjala ikan yang bernama Abdullah Wahab sebuah tiang kapal tertimbun lumpur sedalam sekitar 1 m dari permukaan air. Jalannya tersangkut pada tiang kapal yang belum dia ketahui sejarahnya. Tempat ia menjala ikan tersebut yaitu sebuah danau yang dinamakan Telaga Silaba, di selatan Kabupaten Hulu Sungai Utara.
12. Di Pasar Arba atau Banua Lawas,
adalah tempat kerajaan Nansarunai dari tahun 1309-1358, di sini terdapat
peninggalan kuno antara lain :
- Makam Raja Raden Anyan atau terkenal dalam sejarah tulisan orang Maanyan mereka sebut Am'mah Jarang. Terletak di belakang masjid tua Banua Lawas.
- Sumur Tua tempat Raden Anyan gugur ditoumbak oleh Laksamana Nala tertutup lantai mesjid.
- Pohon Kamboja besar-besar, sebanyak tujuh pohon, terletak di belakang mesjid tua tersebut, sebagai peringatan moksanya tujuh orang putera Raden Anyan yaitu; Jarang, Idong, Pan'ning, Engko, Engkai, Liban dan Bangkas.
- Terdapat sebuah sumur tua sekitar 1 km arah barat kota Kecamatan Banua Lawas yang disebut Sumur Am'mah Jarang, nama kecil Raja Raden Anyan,digunakan khusus bagi anggota keluarga Kerajaan Nansarunai.
- Kain Sindai yang terdapat di dalam mesjid tua itu juga berasal dari tenunan India yang dibeli ketika perdagangan masih berlangsung dari Kalimantan Selatan hingga Pulau Madagaskar dilepas pantai timur Benua Afrika.
- Benda kuno lainnya seperti piring celedon, gong, kenong, guci tempat pengawetan daging cara tradisional Maanyan yang disebut Wadi, gendang panjang yang dinamakan Katammu'ng sudah diamankan oleh pihak kebudayaan setempat.
- Di halaman masjid tua tersebut terdapat dua buah tempayan kuno yang dipakai untuk keperluan menyimpan air wudhu.
- Terdapat sebuah Lewu Hiyang disebelah kanan serambi depan masjid. Lewu Hiyang tempat menaruh sesajen kepada roh para leluhur sewaktu pesta adat Bontang.
13.
Di Danau Maunna'n adalah tempat penyimpanan pusaka Kerajaan Nansarunai, berupa
tiang Sokoguru balai adat yang terbuat dari emas, patung emas berbentuk anak
laki-laki dan perempuan yang sedang menari yang masing-masing bernama Amas
Bakukanrik Amas Bakukanrau serta sebuah lesung emas. Terdapat pula sebuah
prasasti dari kayu besi sebagai tanda atau peringatan penggabungan agama Hindu
Syiwa dan kepercayaan terhadap roh nenek moyang orang Maanyan.
14.
Di Sungai Banyu Landas dekat Pasar Panas, terdapat sebuah perahu kuno yang
belum jelas siapa pemiliknya, apakah kepunyaan orang Nansarunai atau kepunyaan
orang Majapahit
15.
Di Desa Bagok atau yang dahulu disebut Hadiwalang terdapat barang-barang kuno
dari bahan pecah belah dibawa oleh Pangeran Panni'ngatau Patih Raja Muda ketika
selesai perang Nansarunai.
16.
Di Desa Jangkung terdapat barang kuno yang dibawa oleh Uria Pulang Giwa pada
tahun 1358. Di desa ini terdapat banyak Balontang yang menandakan bahwa di desa
ini dahulu pernah menjadi pemukiman orang Maanyan yang disebut dengan Maanyan
Jangkung.
17.
Dahulu di Kampung Bentot, yang dahulu dinamakan Kayunringan terdapat sebuah
perahu kuno yang dinamakan oleh penduduk setempat adalah perahu Nahkoda
Jamuhala. Jamuhala adalah nahkoda kapal dagang Nansarunai yang gugur dalam
perang Nansarunai pertama tahun 1358. Perahu tersebut diduga dapat meloloskan
diri dari peperangan hingga terdampar dihulu Sungai Patangkep.
18.
Di Desa Ja'ar terdapat beberapa buah peninggalan kuno antara lain :
- Sebuah perahu kuno yang terletak di Hutan Mabeje, sekitar 4 km arah timur laut Desa Ja'ar. Perahu kuno tersebut oleh penduduk Ja'ar dikatakan adalah kepunyaan saudagar Keling dari Majapahit yang menjual piring celedon, mangkok, boli-boli, dapur dari tembikar, tempat menanak nasi dari tembikar yang dinamakan oleh penduduk Kabali dan tempat menanak sayur, juga dari tembikar yang dinamakan Janga. Perahu itu kandas ketika terjadi gempa tektonik pada tahun 1379, yaitu 21 tahun sesudah perang Nansarunai pertama, tahun 1358.
- Terdapat sebuah batu besi yang dinamakan oleh penduduk Sangar-Jatang, kemungkinan adalah dupikat Wato-sekelika dari Madagaskar.
- Terdapat makam Puteri Mayang Sari yang dikeramatkan oleh penduduk karena puteri tersebut adalah puteri tunggal Sultan Suriansyah atau raja Mata Habang atau Panembahan Batu Habang yang ditugaskan oleh sultan untuk menjadi penguasa di daerah orang Maanyan.
19.
Pada tahun 1987, di desa Haringen 3 km utara Tamianglayang, telah ditemukan
barang-barang kuno berupa tembikar dan barang pecah belah lainnya yang
merupakan warisan dari Kerajaan Nansarunai yang dibawa oleh Patih Raja
Panantang.
20. Di Sungai Murutowo, terdapat
sebuah perahu kuno yang dikatakan oleh penduduk setempat perahu Nahkoda
Jamuhala.
21. Di Desa Dayu terdapat sebuah
gong besar yang dikatakan oleh penduduk setempat adalah peninggalan Puteri
Junjung Buih ketika puteri tersebut datang untuk memberi petuah tentang adat
untuk duka cita dan adat untuk suka cita pada masyarakat Kampung Sepuluh, dan
Banua Lima pada pertengahan abad ke-16. Menurut legenda asal Puteri Junjung
Buih timbul dari pusaran air di Tanjung Marabahan berupa anak perempuan kecil
di dalam perut dua gong yang ditangkupkan.
22. Dahulu Sungai Ayuh terdapat
tempat penyimpanan batangan emas kepunyaan Kerajaan Nansarunai.
23. Di Sungai Mukut dekat Desa
Jangkang 6 km arah timur Muarateweh terdapat sebuah perahu kuno terbuat dari
tembaga lebar 40 cm dan panjang 100 m. Perahu tersebut kepunyaan pedagang cina
yang salah masuk ketika menuju ke Nansarunai pada abad ke-14.
24. Dahulu Sungai Toto atau Tabalong
Kiwa terdapat sebuah perahu kuno disuatu tempat yang disebut penduduk setempat
Man. Tempat itu adalah persembunyian Pangeran Jarang dan Idong sewaktu perang
1358.
Balai Adat Jadi Lambang Persaudaraan Orang Maanyan, Banjar
dan Madagaskar
Sebuah
Mesjid kuno berusia hampir lima abad saat ini masih berdiri dengan tegar di
kawasan Pasar Arba, ibukota Kecamatan Banua Lawas, Kabupaten Tabalong,
Kalimantan Selatan atau berjarak 16 km dari kota Amuntai.
Mesjid
itu didirikan tahun 1528, oleh seorang Mubalig suku Dayak Maanyan bernama Labai
Lamiah. Ia berasal dari daerah Martapura yang telah mendapat kursus kilat
tentang agama Islam.
Bangunan
itu berbentuk joglo, sebab sewaktu mendirikannya Labai Lamiah mendapat petunjuk
dari para ulama asal Demak, Banten dan Aceh.
Ulama-ulama
itu rupanya datang bersamaan berkenaan dengan kemenangan Pangeran Samudera
melawan pamannya Raden Datu Tumenggung hari Rabu 24 September 1526, di Jengah
Besar tidak jauh dari Kota Banjarmasin sekarang.
Menurut
penduduk setempat dan penuturan orang-orang Maanyan, serta dari generasi ke
generasi berikutnya, dahulu di sana pernah berdiri sebuah kerajaan orang
Maanyan.
Raja
dan rakyatnya, masih percaya terhadap roh para leluhur dan kerjaan itu mereka
namakan Nansarunai. Dinamakan Nansarunai, sebab rakyatnya gemar menari dan
menyanyi dengan iringan alat musik yang dominan, berupa suling berlobang tujuh
buah yang dinamakan serunai. Dalam lafal orang Maanyan menjadi Sarunai.
Sedangkan
kata Nan mungkin berasal dari bahasa Melayu, berarti yang. Sehingga Nansarunai
, berarti sebuah kerajaan dimana raja dan rakyatnya yang gemar bermain musik.
Kerajaan berdiri pada tahun 1309 dengan raja pertama Raden Japutra Layar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar