Minggu, 06 Desember 2015

Wajah Dunia Pendidikan Indonesia Masih Buram


Oleh: Dhinny Anjung Sari, SE, MM
wartaekspres.com - Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah  adalah pesan Ki Hajar Dewantara yang diejawantahkan dengan tafsir yang berbeda hari ini, UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP No.19/2005 tentang Standard Pendidikan Indonesia.Seolah direnggut otoritasnya dalam menjalankan amanat diatas, bagaimanapun hari ini bangsa dengan populasi keempat terbesar didunia memiliki 57 juta anak usia sekolah yang tidakbisa menyelesaikan jenjang pendidikan dasar serta ada 75 % sekolah yang tidak memenuhi standard layanan minimal pendidikan serta kualitas tenaga pendidik yang jauh dari kata layak yakni kurang dari 50 % guru terkualifikasi.

Bicararealitasdanprospekpendidikan Indonesia, menolak amnesia akan bangsa yang kehilangan jati dirinya, seakan lupa warna bangsanya sendiri, seolah bodoh dengan esensinya sebagai tolak ukur pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara yakni pendidikan. Amanat konstitusi untuk setiap nyawa kita adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan mencerdaskan kehidupan bangsa, yang hari ini kehilangan definisinya.

Semua yang tersaji seperti membuat jurang pemisah hak antar sesama anak ibu pertiwi, pulau Selam, kep.Tarimbar di Maluku kita menyaksikan anak kelas 6 SD belum bisa baca,tulis dan hitung, upah guru berkisar 100.000/bulan,ruang sempit tanpa buku dan papan tulis terpaksa disebut sekolah, miris ketika mendengar di Ibukota dengan umur yang sama anak anak dijejali global competence mulai kecerdasan kinestatik, visual,interpersonal, dengan alat teknologi ditangannya, belajar digedung ber AC, pengamanan eksklusif dan kesejahteraan guru, inikah hasil dari kalimat MERDEKA yang 70 tahun kita suarakan ? 

Bak memakan buah simalakama, keadaan membentuk moralnya sendiri, dengan pendidikan yang buruk kita harus menempati peringkat 103 dari negara kasus suap pendidikan dunia, gambaran sifat bangsa yang tidak layak untuk negeri yang dikenal dengan budayanya yang agung, menurunnya kualitas sumber daya tenaga kerja nasional sampai perlambatan ekonomi,belum lagi dengan isu disintegrasi sosial, ketimpangan kekayaan, hukum yang lemah dan dilemahkan menjadi warna di kanvas nusantara.

Negeri ini dibangun dengan harapan, sepenggal kalimat yang rakyat pegang ketika memilih pemimpin negerinya, Joko Widodo presiden dengan 3 kartu termasuk salah satunya Kartu Indonesia Pintar (KIP) menjadi gaungan prioritasnya, 18 provinsi dan kabupaten/kota terpilih menjadi daerah fase I penyebaran kartu sakti itu, 152.434 anak bangsa terdiri dari jenjang SD/SMP/SMA/SMK yang terdata dari persentase Bantuan Siswa Miskin, menjadi awal tata kelola Grand Design Pendidikan Nasional 2045, harapan rakyat ialah janganlah sekedar menjadi kartu, tetapi menjadi refresentasi kode akses gerbang terbuka menuju dunia pendidikan yang terdidik dan mendidik, untuk Indonesia yang bermartabat dalam kompetisi dan ikut andil berperan dalam peradaban keilmuan.

Baca selengkapnya di www.wartaekspres.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar